Rabu, 28 April 2010

Kelazatan Persaudaraan

Ayuh, Rasakan Kelazatan Persaudaraan!

"Tidaklah dua orang saling mencintai kerana Allah, melainkan orang yang paling dicintai Allah, diantara keduanya ialah orang yang paling besar cintanya kepada saudaranya." HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim

Sahabat...
Rasa cinta adalah fitrah manusia. Kerananya, percintaan adalah rentangan waktu kehidupan manusia yang akan mereka lalui dengan keindahan dan haru biru. Cinta yang tulus, insyaAllah akan menyelamatkan manusia dari api neraka yang maha dahsyat panasnya.

Cinta tulus, terbesar dan hakiki adalah cinta kepada Allah. Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah sabda Rasulullah Saw. melalui Anas ra., "Ada tiga perkara yang barangsiapa dalam dirinya terdapat ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, iaitu Allah dan RasulNya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya kerana Allah; dan tidak ingin kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah sebagaimana dia tidak ingin kalau dicampakkan ke dalam api."

Sahabat...
Sesungguhnya persaudaraan kita merupakan buah dari ketinggian akhlak, dan tafarruq (perselisihan) kita merupakan akibat dari rendahnya akhlak. Akhlak yang bagus membuahkan rasa saling cinta, saling sayang, dan saling memberikan manfaat. Kerana itu, cinta melahirkan ukhuwah. Ukhuwah yang telah digambarkan secara mengharukan oleh Bilal, Amar dan Zaid, atau Umar, Ali dan Utsman, yang bersanding dan bercinta kerana Allah. Kasih sayang diantara mereka merupakan gambaran janin ukhuwah yang dikandung dalam perut iman, dan terlahir dari ibu yang bernama iman.

Ukhuwah bererti bersatunya hati-hati yang ruhnya terikat dengan ikatan akidah. Kerananya, persaudaraan adalah bentuk keimanan yang terikat dengan akidah yang amat kuat. Sementara perpecahannya adalah gambaran kekufuran, yang menempatkan keimanan dan kasih sayang di tempat sampah. Oleh kerana itu, manusia yang benar fikrahnya adalah manusia yang melihat saudaranya lebih utama dibanding dirinya sendiri. Jika perkara ini terjadi, ukhuwah akan terasa sangat indah, nikmat, dan manis.

Sahabat...
Persaudaraan dan saling mencintai kerana Allah adalah salah satu ibadah yang paling utama dalam agama kita. Siapapun yang berupaya mewujudkannya, tiada perkara lain baginya kecuali syurga yang maha indah.
Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa bersaudara dengan seseorang kerana Allah, maka Allah mengangkatnya satu darjat di syurga, yang tidak didapatnya dengan sesuatu amalan lainnya".

Ibnu Jarir pun meriwayatkan sabda Rasulullah Saw. dari Ibnu 'Abbas ra., ia berkata, "Barangsiapa mencintai seseorang kerana Allah, membenci seseorang kerana Allah, membela seseorang kerana Allah, dan memusuhi seseorang kerana Allah, maka sesungguhnya kecintaan dan pertolongan dari Allah boleh diperoleh dengan perkara tersebut.

Seorang hamba tidak akan menemukan nikmatnya iman, sekalipun banyak sholat dan shaum, sehingga dia bersikap demikian. Persahabatan diantara manusia pada umumnya didasarkan atas kepentingan dunia, namun perkara itu tidak berguna sedikitpun bagi mereka."

Sahabat...
Cinta seorang Mukmin adalah kekuatan. Ia bagaikan perekat yang mengikat batu bata individu Muslim dalam sebuah bangunan yang kukuh dan tidak mudah roboh. Allah Swt. Berfirman; " Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara."(Q.S Al-Hujurat:10)

Sementara itu, Rasulullah Saw bersabda, "Mukmin yang satu terhadap Mukmin yang lain itu bagaikan bangunan yang mengikat antara sebagian dengan sebagian yang lainnya." HR. Muttafaqun 'Alaih

Sahabat...
Persaudaraan Islam bukanlah suatu permasalahan sampingan dalam Islam, tetapi ia menjadi salah satu prinsip dasar yang menyertai syahadah (persaksian) terhadap keesaan Allah dan kesaksian terhadap kerasulan Muhammad Saw. Persaudaraan merupakan buah dan konsekuensi keimanan yang amat sangat indah. Kerana itu, kita harus sama-sama yakin bahawa keindahanNya qadim. KeagunganNya tinggi. Kekuasaan dan penguasaanNya Maha Dahsyat. KeindahanNya berpadu dengan kemuliaan. KeagunganNya berpadu dengan keluhuran. KebesaranNya tidak pernah berakhir. KeindahanNya pesona hati. KeagunganNya meningkatkan cinta. Sungguh, tiada cinta yang hakiki kecuali cintaNya kepada kita sebagai makhlukNya, dan cinta kita kepadaNya. Adakah kita merasakan semuanya?
Wallahualam...

Sabtu, 24 April 2010

KANDUNGAN SYAHADAH

Kalimat syahadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Kita selalu menyebutnya setiap hari, misalnya kettika solat dan azan. Kalimat syahadatain sering diucapkan oleh umat Islam di dalam pelbagai keadaan. Umumnya kita dapat menghafal kalimah syahadah dan dapat menyebutnya dengan fasih, yang menjadi pertanyaan adalan sejauh manakah kalimat syahadatain ini difahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam?

Syahadatain begitu berat diperjuangkan oleh para sahabat, bahkan mereka sedia dan tidak takut terhadap segala ancaman kafir. Sahabat nabi misalnya Habib berani menghadapi seksaan dari Musailamah yang memotong tubuhnya satu persatu. Bilal bin Rabah tahan menerima himpitan batu besar di tengah hari dan sederet nama lainnya. Mereka mempertahankan syahadatain.

Muncullah pertanyaan kenapa mereka bersedia dan berani mempertahankan kalimah syahadah? Ini disebabkan kerana kalimah syahadah mengandung makna yang sangat mendalam bagi mereka. Syahadah bagi mereka dan erti yang sebenarnya mencakupi pengertian ikrar, sumpah dan janji. Majoriti umat Islam mengertikan syahadah sebagai ikrar sahaja, apabila mereka tahu bahawa syahadah juga mengandungi erti sumpah dan janji, serta tahu bahawa akibat dari janji dan sumpah maka mereka akan benar-benar mengamalkan Islam dan beriman.

Di kalangan masyarakat Arab di zaman Nabi SAW, mereka memahami betul makna syahadatain, ini terbukti dalam satu peristiwa Nabi SAW mengumpulkan ketua-ketua Quraisy dari kalangan Bani Hasyim, Nabi bersabda maksudnya: “Wahai saudara-saudara, mahukah kalian aku berikan 1 kalimat dimana dengan kalimat itu kalian akan dapat menguasai 1 jazirah Arab.” Kemudian Abu Jahal terus berkata, “Jangankan 1 kalimat, 10 kalimat pun aku akan terima.” Kemudian Rasulullah bersabda,”Ucapkanlah Lailaha illallah, Muhammad Rasulullah.” Abu Jahal menjawab, “ Kalau itu yang kau minta, bererti engkau mengumandangkan perang dengan semua orang Arab dan bukan Arab.”
Iman sebagai dasar dan juga hasil dari pengertian syahadah yang betul. Iman secara sebutan oleh mulut, juga diyakini oleh hati dan diamalkan oleh perbuatan sebagai pengertian yang sebenarnya dari iman. Apabila kita mengamlkan syahadah dan mendasarinya dengan iman yang konsisten dan istiqomah maka beberapa hasil akan dirasakan seperti keberanian, ketenangan dan optimis menjalani kehidupan. Kemudian Allah SWT memberikan kebahagian kepada mereka di dunia dan di akhirat.

1.Madlul syahadah(Kandungan Syahadatain)
a) Pernyataan (ikrar), iaitu suatu prenyataan seorang muslim mengenai keyakinannya. Pernyataan ini sangat kuat kerana didukung oleh Allah, Malaikat, dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang yang beriman). Hasil dari ikrar ini adalah kewajiban kita untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang diikrarkan.

(3:18) Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(7:172) Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(3:81) Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya"[209]. Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui." Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu."

b) Sumpah (qosam) iaitu pernyataan kesediaan menerima akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan syahadah. Muslim yang menyebut asyhad bererti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat orang munafik adalah neraka jahanam.

(63:1-2) Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.(1) Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai[1476], lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.(2)

(4:138-145) beberapa ciri orang yang melanggar sumpahnya iaitu memberikan wala kepada orang-orang kafir, memperolok-olok ayat Allah, mencari kesempatan dalam kesempitan kaum muslimin, menunggu-nunggu kesalahan kaum muslimin, malas dalam sholat dan tidak punya pendirian. Orang-orang mukmin yang sumpahnya teguh tidak akan bersifat seperti tersebut.

c) Perjanjian yang teguh (mitsaq) iaitu janji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah yang terkandung dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul.

(5:7) Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya[405] yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati." Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui isi hati(mu).

(2:285) Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
Syahadah adalah mitsaq yang harus diterima dengan sikap sama'an wa tho'atan didasari dengan iman yang sebenarnya terhadap Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rsaul, hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk.

(2:93) Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat[74] perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).
Pelanggaran terhadap mitsaq ini berakibat turunnya la'nat Allah seperti yang pernah terjadi pada orang-orang yahudi.

2.Iman
Syahadah yang dinyatakan seorang muslim penuh kesedaran sebagai sumpah dan janji setia ini merupakan ruh Iman iaitu:

• Ucapan (qoul) yang sentiasa sesuai dengan isi hatinya yang suci. Perkataan mahupun kalimat yang keluar dari lidahnya yang baik serta mengandungi hikmah. Syahadah diucapkan dengan penuh kebanggaan iman (isti'la-ul iman) berangkat dari semangat isyhadu biannaa muslimin.

(2:8) Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

(48:11) Orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah : "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

• Membenarkan (tashdiq) dengan hati tanpa keraguan. Iaitu sikap keyakinan dan penerimaan dengan tanpa rasa keberatan atau pilihan lain terhadap apa yang didatangkan Allah.

(49:15) Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

• Perbuatan (amal) yang termotivasi dari hati yang ikhlas dan kefahaman terhadap maksud-maksud aturan Allah. Amal merupakan cerminan dari kesucian hati. Dan upaya untuk mencari redha Ilahi. Amal yang menunjukkan sikap mental dan moral Islami yang dapat dijadikan teladan.

(9:105) Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Ketiga perkara di atas tidak terpisahkan sama sekali. Seorang muslim yang tidak membenarkan ajaran Allah dalam hatinya bahkan membencinya. Meskipun kelihatan mengamalkan sebahagian ajaran Islam adalah munafiq I'tiqodi yang terlaknat. Muslim yang meyakini kebenaran ajaran Islam dan menyatakan syahadatnya dengan lisan tetapi tidak mengamalkan dalam kehidupan adalah munafiq amaly. Sifat nifaq dapat terjadi sementara terhadap seorang muslim oleh kerana berdusta, menyalahi janji atau berkhianat.

(49:15) Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

(4:65) Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

(33:36) Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.

(3:64) Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."

• 4:123-125, iman bukanlah hanya angan-angan, tetapis sesuatu yang tertanam di dalam hati dan harus diamalkan dalam bentuk praktikal. Amal yang dikerjakan harus merupakan amal sholeh yang dilakukan sengan ihsan dan penyerahan yang sempurna kepada kehendak Allah. Dalam melakukan amal tersebut, seorang mukmin merasa dikawal oleh Allah SWT.

(4:123-12) (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. (123) Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun (124) Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya (125)

• 2:80, di antara kekeliruan ummat Islam adalah mencontoh sikap Yahudi. Misalnya merasa bahawa neraka merupakan seksaan yang sebentar sehingga tidak apa memasukinya. Atau mereka merasa akan masuk syurga semata-mata karena imannya sehingga tidak perlu beramal sholeh lagi.

(2:80) Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?"

• 2:8, 63:1-2, 48:11, Ucapan lisan tanpa membenarkan dengan hati adalah sikap nifaq I'tiqodi. Berbicara dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya.
(2:8) Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman

(63:1-2) Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (1) Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai[1476], lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (2)

(48:11) Orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah : "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

• Hadits, Tanda-tanda munafik ada tiga. Jika salah satu ada pada seseorang maka ia merupakan munafikm sebahagian. Bila keseluruhannya terdapat, maka ia munafik yang sesungguhnya iaitu: bila berbicara ia berdusta, bila berjanji menyalahi janjinya, dan bila diberi amanah ia berkhianat. Ketiga tanda ini termasuk jenis munafik amali.

• Imam Hasan Basri berkata, 'Iman bukanlah angan-angan, bukan pula sekedar hiasan, tetapi keyakinan yang hidup di dalam hati dan dibuktikan dalam amal perbuatan'.

3.Istiqomah
Keimanan seseorang muslim yang mencakupi tiga unsur di atas mesti selalu dipelihara dan dijaga dengan sikap istiqomah. Istiqomah adalah konsisten, tetap dan teguh. Tetap pada pendirian, tidak berubah, dan tahan uji. Sikap istiqomah akan melahirkan tiga hal yang merupakan ciri orang-orang beriman sempurna, iaitu:

• Syaja’ah (keberanian) muncul kerana keyakinan sebagai hamba Allah yang selalu dibela dan didukung Allah. Tidak takut menghadapi tantangan hidup, siap berjuang untuk tegaknya yang haq (benar). Keberanian juga bersumber kepada keyakinan terhadap qadha dan

Selasa, 20 April 2010

RINTANGAN PERJUANGAN DALAM KEHIDUPAN PENDAKWAH

Dalam meniti liku dan lurah-lurah perjalanan ini kalaulah seorang Da’ei tidak berada di bawah lindungan Allah Subhanahu Wata’ala, tidak berhubung terus dengan Nya, tidak bertawakkal kepadaNya, tidak berpegang kepada KitabNya dan tidak pula mengikuti Sunnah NabiNya maka sebenarnya ia sedang berada di ambang bencana dan musibah yang besar. Rasulullah S.A.W. telah meramalkan cabaran dan dugaan-dugaan yang dihadapi oleh para Mukmin, Da’ei dan Mujahidin di jalan Allah Subhanahu Wata’ala. Beliau bersabda:

Orang Mukmin sentiasa diambang 5 dugaan yang susah:
1. Mukmin yang dengki padanya
2. Munafiq yang benci kepadanya
3. Kafir yang memeranginya
4. Syaitan yang menyesatkannya
5. Nafsu yang sering bertarung untuk mengalahkannya

(Hadith ini telah ditakhrijkan oleh Abu Bakar Ibnu Lal dan hadith Anas
dalam tajuk: “Akhlak Yang Luhur.”)
Dalam hadith ini Rasulullah Sallallahu’alaihi Wasallam, telah menghuraikan tentang fitnah dan kesusahan yang sewaktu-waktu boleh menimpa para Da’ei; supaya mereka dapat berhati-hati dan bersiap sedia. Mereka hendaklah menyiapkan bekalan yang cukup. Kiranya dengan demikian, mereka dapat mengatasi segala halangan dan rintangan dengan selamat.

RINTANGAN PERJUANGAN KEHIDUPAN PENDAKWAH
Ketahuillah wahai saudaraku para juru dakwah, sesungguhnya Allah S.W.T. pasti mengenakan cubaan kepadamu. Dia akan menguji hakikatmu. Benar-benar seperti yang pernah dinyatakannya di dalam Al Qur’an dengan firmanNya:

“Aiff lam mim, Adakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan saja untuk mengaku bahawa ‘Kami telah beriman dan sedangkan mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Surah Al Ankabut 1-3)

Pengakuan keimanan sebenarnya memerlukan kepada bukti. Jalan perjuangan (JIHAD) adalah jalan yang panjang penuh dengan derita dan sengsara. Marilah kita melihat rintangan tersebut satu persatu mengkaji betapa bahayanya dan betapa pula kesannya. Dengan itu dapat kita menemukan caracara yang boleh diikuti untuk melepaskan diri daripadanya.


RINTANGAN PERTAMA:
ORANG MUKMIN YANG DENGKI KEPADANYA
Sebagaimana lumrah diketahui hasad adalah penyakit hati yang amat
berbahaya. Hasad boleh mengikis Iman seseorang Mukmin jika ia tidak cepat kembali siuman, bertaubat kepada Tuhan dan tidak dilimpahi ‘Inayah dan Rahmat Subhanahu Wata’ala. Tepat seperti yang apa disabdakan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihi Wasallam:
“Penyakit umat sebelum kamu telah menular kepada kamu; iaitu hasad dengki dan permusuhan. Permusuhan tersebut ialah pengikis atau pencukur, Saya tidak maksudkan ia mencukur rambut, tetapi (yang saya maksudkan) ialah ia mengikis agama.”
(Hadith riwayat Al-Baihaqi)

Para Du’at menyeru manusia ke jalan Allah Subhanahu Wata’ala, khasnya yang mendapat sambutan baik, yang cergas, yang masyhur dan berbakat sentiasa terdedah kepada cacian lidah orang-orang yang hasad serta tipu-daya mereka. Golongan tersebut merasa dengki pada ilmu dan kelebihan-kelebihan yang ada pada para du’at. Mereka sentiasa mengintai dan menunggu-nunggu masa yang baik untuk mencetuskan pertembungan antara mereka dan menjatuhkan imej mereka. Ibnu Mu’taz pernah berkata:
“Orang yang hasad itu marah kepada orang yang tidak berdosa, kikir terhadap sesuatu yang bukan kepunyaannya dan sentiasa mencari atau meminta sesuatu yang tidak akan diperolehinya.”

RINTANGAN KEDUA:
ORANG MUNAFIQ YANG BENCI KEPADANYA

Halangan kedua yang dihadapi oleh para da’ei Muslim ialah kebencian
dan tipu-daya golongan munafiqun. Orang-orang yang munafiq memang ada di mana-mana dan dalam zaman apa pun sepanjang sejarah tidak sunyi dan kewujudan mereka. Ini adalah kerana motif dan karenah kemunculan golongan ini memang ada dan mungkin wujud bila-bila masa. Ada yang menjadi munafiq didorong oleh pertimbangan untuk
merangkul kepentingan duniawi. Kadang-kadang ia berselindung di sebalik taqwa dan agama untuk sampai kepada tujuannya. Ada yang menjadi Munafiq dengan tujuan mencetuskan krisis, melaga-laga dan memecahbelahkan barisan umat Islam. Ada yang berbuat demikian kerana niat jahatnya sendiri. Ada pula yang mendapat arahan dan orang lain. Mereka pun meresapi jamaah untuk tujuan-tujuan tadi. Terdapat juga golongan yang sifat Munafiq telah mendarah daging dalam dirinya hingga sukar untuk melepaskan diri dari sifat ini. Ada
yang menjadi haipokrit untuk berkuasa atau melepaskan diri dan penindasan
penguasa.

RINTANGAN KETIGA:
ORANG KAFIR YANG MEMERANGINYA

Halangan ketiga yang dihadapi oleh para da’ei — Khasnya sekarang ialah cabaran keras, tipu daya dan komplot-komplot orang Kafir. Orang-orang kafir adalah pengembang dan penyokong-penyokong kebatilan. Mereka adalah alat-alat syaitan, pengikut-pengkutnya pada bila-bila masa dan di mana juapun. Mereka selama-lama adalah musuh kebenaran, keimanan hingga hari kiamat.
Orang-orang kafir sebenarnya orang-orang yang sentiasa memerangi seruan dan ajakan kebenaran sejak Allah mencipta Adam ‘alaihissalam. Mereka adalah golongan penentang yang memerangi kebenaran risalah-risalah yang dibawa oleh para Rasul. Penentangan mereka terus menerus bergejolak sehinggalah Allah memutuskan ketentuannya.
Kalau kita tatapi sejarah kita dapati Musa ‘alaihissalam pernah mencabar Firaun dengan kebenaran tanpa gentar sedikitpun akan mati; selama perjuangan tersebut demi Allah. Kisah beliau ini tersurat dalam Al Qur’an; dalam Surah al Ghafir: Ayat 23 bermaksud:
“Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat kami dan keterangan yang nyata”

RINTANGAN KEEMPAT:
SYAITAN YANG MENYESATKAN

Halangan keempat yang dihadapi oleh para pendakwah yang bahaya dan pesonanya lebih hebat dan halangan sebelumnya, yang menjadi pangkal segala bencana dan penyelewengan ialah tipu daya syaitan, putar belit iblis dan karenah hawa nafsu. Pendakwah akan tetap selamat meskipun halangan luaran, sosial, politik, ekonomi dan lain-lain yang dihadapinya amat besar, selama mana ia tidak menyerah kepada nafsu dan tunduk melutut kepada kehendak syaitan. Syaitan memang musuh Mukmin yang paling besar. Ia tidak jemu menipu, menimbulkan keraguan dan meransang ke arah kejahatan. Selagi ada hayat dikandung badan dan selama iman masih bertakhta di dada selama itu ia tetap merasuk.
Syaitan pernah bersumpah:
“Demi kemuliaanMu (Allah) akan Aku perdaya mereka (anak Adam) semuanya kecuali
para hambaMu yang ikhlas di kalangan mereka. Allah menjawab. Yang hak dan yang
benar Aku katakan: “Aku akan penuhkan neraka jahannam dengan (diri) mu dan sesiapa
dan mereka yang menurutmu semuanya.”
Kerana sumpah syaitan ini maka para pendakwah hendaklah lebih
waspada terhadap syaitan dan musuh-musuh yang lain. Sebab syaitan musuh
yang bukan kepalang bahayanya.


RINTANGAN KELIMA:
NAFSU YANG MERANSANGNYA

Halangan dan cabaran kelima yang dihadapi oleh para da’ei ialah ketegalan dan keliaran nafsu. Nafsu dengan segala karenahnya tidak mudah untuk diatasi oleh seorang da’ei. Tepat seperti yang tersebut dalam A1-Qur’an terhadap kata-kata Nabi Yusuf:
“Aku tidak membebaskan diriku (dari beban dosa) kerana nafsu sering menyuruh yang buruk, kecuali orang yang dirahmati oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku maha pengampun maha penyayang.” (Surah Yusuf: Ayat 51)
Sebenarnya nafsu seseorang itu adalah wadah tempat berinteraksi segala yang buruk dan jahat, halal dan haram, hak dan batil. Ia laksana bejana yang menerima apa sahaja. Baik hidayah mahu pun dalalah, baik yang luhur mahu pun yang onar. Sesuai dengan firman Allah maksudnya:
“Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), justeru Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Surah Al-Syams: Ayat 7—10)

Isnin, 19 April 2010

Inilah Jalanku.....

Sering kumendengar para Murobbi yang kutemui, mereka tidak pernah lekang mengungkapkan salah satu ayat cinta Allah dalam firmannya yang bermaksud;
“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Tarbiah telah mengajarkan aku inilah jalan yang mesti kutempuhi demi membuktikan keimananku. Tanda keyakinanku kepada-Nya, dengan aqidah yang aku pegang ini, kenapa aku masih sanggup membiarkan semakin ramai menyekutukan Allah? Jika benar aku yakin bahawa segala ketaatanku adalah untuk-Nya, adakah aku sanggup berpeluk tubuh melihat bertambahnya manusia mengingkari-Nya? Atau sebenarnya, keimananku adalah sebagaimana beriman-Nya orang-orang munafiq? Lebih memalukan, adakah aku sanggup menyaksikan berbondong-bondong manusia mengingkari Allah? Allah ditentang, nabi kita dihina sedemikian rupa, Quran dicaci dan dicerca tanpa penerangan yang nyata dan umat Islam diporak-perandakan dan dipermainkan seperti boneka tetapi dimana sensitivity kita? Bahkan lebih hina lagi, kita umat Islam jugalah yang menyokong golongan ini. Jahilnya umat jahiliah di zaman Nabi, lebih jahil lagi umat kita di akhir zaman ini.

Apa yang perlu kulakukan sekarang? Teruskan main game perang melawan zionis? Menonton bola sampai ke subuh? Banyakkan menonton movie tanpa henti? Ya Allah! Tunjukilah aku, ya Allah! Kemana harus kutuju?

Wahai umat Islam! Cukup-cukuplah berbuat maksiat! Berhentilah berbuat dosa! Bertaubatlah kepada-Nya! Apa yang kaulakukan hari ini akan dipertanyakan pada hari esok. Marilah berbekal dengan taqwa dan bersama-sama kita menyucikan dosa-dosa kita.
Pesanan murobbiku sepanjang ditarbiah, “Tsabatlah antum di jalan ini. Kalau antum yakin antum orang yang beriman, jangan ragu-ragu lagi untuk berjuang. Kalimah Ilahi harus kita tegakkan. Biarpun umat makin jauh dengan Islam, jangan sesekali kita berhenti berdakwah memperbaiki umat. Inilah jalan yang ditempuhi oleh para Rasul. Bahkan ujian yang mereka hadapi lebih hebat berbanding kita ya akhi sesuai dengan tahap keimanan mereka.”

Bila kufikir-fikirkan kembali, aku mesti berdakwah bukan kerana semata-mata simpati pada umat. Tapi lebih dari itu. Aku mengharapkan redha Allah. Bila kita taat pada ibu, ibu sayangkan kita dan ibu redha dengan kita. Bila kita melaksanakan perintah ayah, ayah kasih kepada kita dan redha mendapat anak sebaik kita. Bila kita setia pada orang yang kita cintai, mereka pun lebih mencintai kita bahkan sanggup berbuat segala-galanya hanya untuk kita. Namun pernah tak kita terfikir bila Allah, tuhan yang kita yakini menciptakan kita meredhai ketaatan kita, kepatuhan kita serta kesetiaan kita dan membalas cinta kita, itulah kebahagian hakiki yang tiada bandingnya dari dunia dan seisinya.

Justeru, tiada lagi perlu kuragui untuk terus berada di jalan ini. Jalan yang dipikul oleh kekasih Allah. Firman Allah dalam suruh Yusuf[12:108];
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku,
aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata,
Maha Suci Allah,
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik."

Sabtu, 17 April 2010

KEPENTINGAN SYAHADATAIN

Syahadat merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, yang akan menentukan perjalanan kehidupannya. Dengan syahadat, orientasi duniawi akan berubah menjadi orientasi ukhrawi yang secara langsung atau tidak dapat mengubah tujuan dan perjalanan hidup seseorang. Dan dengan syahadat ini pulalah, Rasulullah SAW mengubah kondisi masyarakat Arab, dari kehidupan yang jahil menuju kehidupan yang Islami.
Syahadat membawa perubahan mendasar dalam jiwa setiap insan. Syahadat merubah kondisi masyarakat dari akarnya yang paling bawah; yaitu dari sisi relung hatinya yang paling dalam. Ketika hati telah berubah, maka segala gerak gerik, tingkah laku, pola pikir, kejiwaan dan segala tindak tanduk akan berubah pula.
Namun tentulah untuk dapat mewujudkan perubahan seperti itu, harus terlebih dahulu memahami hakekat yang terkandung dalam kalimat yang membawa perubahan itu. Para sahabat, yang mereka semua sebagian besar orang Arab, sangat memahami makna yang terkandung dalam kalimat tersebut. Sehingga ketika mereka mengucapkannya, merekapun mengetahui dan memahami konsekwensi yang bakal mereka terima dari ucapannya. Oleh karena itulah, tidak sedikit kasus adanya penolakan dari mereka untuk mengucapkan kalimat tersebut. Bahkan diantara mereka ada yang mengatakan akan dapat mengatakan sepuluh kalimat, asalkan bukan kalimat yang satu itu.
Dari sinilah, kita dapat memetik urgensi (baca ; ahamiyah) dari syahadat. Dan terdapat beberapa urgensi syahadat penting lainnya. Diantaranya adalah:
a. Pintu Mesuknya Islam
b. Intisari Ajaran Islam
c. Dasar-dasar perubahan Menyeluruh
d. Hakikat Dakwah Para Rasul
e. Keutamaan Yang Besar

Pintu Masuk Islam (مَدْخَلٌ إِلَى اْلإِسْلاَمِ)
Syahadat merupakan pintu gerbang masuk ke dalam Islam.
Karena pada hakekatnya, syahadat merupakan pemisah seseorang dari kekafiran menuju Iman. Artinya dengan sekedar mengucapkan syahadat, seseorang telah dapat dikatakan sebagai seorang muslim. Demikian pula sebaliknya, tanpa mengucapkan syahadat, seseorang belum dapat dikatakan sebagai seorang muslim, kendatipun baiknya orang tersebut.

Dalam syahadat seseorang akan mengakui bahwa hanya Allah lah satu-satunya Dzat yang mengatur segala sesuatu yang ada di jagad raya, termasuk mengatur segala aspek kehidupan manusia dengan mengutus seorang rasul yang ditugaskan untuk membimbing umat manusia, yaitu nabi Muhammad SAW. Dalam 1 hadis, Rasulullah S.A.W. memerintahkan Mu’az bin Jabaluntuk mengajarkan 2 kalimah syahadah, sebelum pengajaran lainnya.

[47:19] Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal

[37:35] Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri

[3:18] Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

[7:172] Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

[25:23] Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan

[39:64-65] Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?"(64) Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.(65)

Intisari Ajaran Islam (خُلاَصَةُ تَعَالِيْمِ اْلإِسْلاَمِ)
Syahadat merupakan intisari dari ajaran Islam.
Pemahaman Muslim terhadap Islam bergantung kepada pemahaman pada syahadatain. Seluruh ajaran Islam terdapat dalam 2 kalimah yang sederhana ini. Ada 3 hal prinsip syahadatain.
Pertama konsep la ilaha ilallah; merealisasikan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah, baik yang dilakukan secara pribadi maupun secara bersamaan (berjamaah). Dari sini akan melahirkan keikhlasan kepada Allah SWT.
Kedua, konsep Muhammad adalah utusan Allah, mengantarkan pada makna bahwa konsep ini menjadi konsep yang mengharuskan kita untuk mengikuti tatacara penyembahan kepada Allah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Atau dengan kata lain sering disebut dengan ittiba’.
Dan ketiganya, penghambaan kepada Allah SWT meliputi seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakatnya.

[2:21] Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa

[51:56] Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku

[21:25] Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku

[33:31] Dan barang siapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscata Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezki yang mulia

[3:31] Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[6:162] Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam

[3:19] Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

[3:85] Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi

[45:18] Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

[6:153] dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa

Titik Tolak Perubahan (أَسَاسُ اْلإِنْقِلاَبِ)
Syahadat merupakan dasar perubahan total, baik pribadi maupun masyarakat.

Karena syahadat dapat merubah kondisi suatu masyarakat, bangsa dan negara secara menyeluruh, dengan sentuhan yang sangat dalam yaitu dari dalam tiap diri insan. Karena jika seseorang dapat berubah, maka ia akan menjadi perubah yang akan merubah masyarakatnya. Allah berfirman dalam (QS. 13 : 11) :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah kondisi suatu kaum, hingga mereka mau merubah diri mereka sendiri.”
[6:122] Dan apakah orang yang sudah mati[502] kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.

[33:23] Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[1208] dan mereka tidak merobah (janjinya),

[37:35-37] Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri,(35) dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?"(36) Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya).(37)

[85:6-10] ketika mereka duduk di sekitarnya,(6) sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.(7) Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,(8) Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.(9) Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan[1568] kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.(10)

[18:2] sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik,

[8:30] Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.

Hakikat Dakwah Para Rasul (حَقِيْقَةُ دَعْوَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
Syahadat merupakan hakekat da’wah Rasulullah SAW.
Karena pada hekekatnya da’wah Rasulullah SAW adalah da’wah untuk menegakkan dua hal; yaitu mentauhidkan Allah. Dan kedua menggunakan metode Rasulullah SAW dalam merealisasikan ibadah kepada Allah SWT.

[60:4] Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya[1470]: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah." (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali."

[18:110] (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."

Keutamaan Yang Besar (Hadith) (فَضَائِلٌ عَظِيْمَةٌ)
Syahadat memiliki keutamaan yang besar.
Diantaranya keutamaanya adalah sebagaimana yang digambarkan dalam hadits berikut:

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ النَّارَ

“Dari Ubadah bin al-Shamit, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang bersaksi tiada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah akan mengharamkam neraka baginya”. (HR. Muslim)